SERIAL PETIKAN RIYADUS SHOLIHIN BAB 3 SABAR , Hadist 25

SABAR ADALAH PELITA

Hadits no. 25.

وَعَنْ أَبِيْ مَالِكٍ الْحَارِثِ بْنِ عَاصِمٍ الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيمَانِ، وَاْلحَمْدُ اللهِ تَمْلَأُنِ الْمِيْزَانَ وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ تَمْلآنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ. كُلُّ النَّاسِ يَغْدُوْ، فَبَائعٌ نَفسَهُ فمُعْتِقُهَا، أَوْ مُوبِقُهَا » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy'ari radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Kesucian (bersuci) adalah sebagian dari iman, ucapan, “Alhamdulillah” dapat memenuhi timbangan, ucapan, “Subhanallah” dan “Alhamdulillah” keduanya dapat memenuhi semua ruangan yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu adalah cahaya, sedekah itu bukti keimanan, sabar itu adalah pelita, sedangkan Al-Qur'an sebagai hujjah bagimu (pembela bagimu) atau sebagai hujjah atasmu (pencela, bumerang atasmu). Setiap orang pergi pada waktu pagi, lalu dia menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.”

[Shahih Muslim no. 223]

Penjelasan.

Setelah membicarakan  ayat-ayat mengenai sabar dan pahalanya serta anjuran untuk melakukan hal itu dalam mukadimah Bab 3 Sabar . An-Nawawi rahimahullah Kemudian langsung menampilkan  hadist- hadits yang terkait  dengan Bab Sabar.

Dia memulai dari hadits Abu Malik Al-Asy'ari radhiyallahu anhu dia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

1.      Toharoh sebagian dari Iman (اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيمَانِ )

Secara bahasa, thoharoh berarti bersih dan suci dari segala yang kotor, baik yang dapat dilihat (hissiy) maupun yang abstrak (ma’nawiyy). Menurut syariat, thoharoh adalah tindakan menghilangkan hadas dan najis.

Iman dapat membersihkan dan menghiasi diri kita. Artinya, iman membersihkan kita dari kesyirikan (menyekutukan Allah) dan kefasikan (perbuatan dosa) yang dilakukan oleh orang-orang musyrik dan fasik. Dengan demikian, kita menjadi suci secara jasmani dan rohani dari segala sesuatu yang buruk.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa kesucian adalah setengah dari iman.

hendaknya manusia bersuci secara jasmani dan rohani dari segala sesuatu yang buruk. Maka dari itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan kesucian setengah dari iman

     عَنْ أَبِيْ مَالِكٍ اْلاَشْعَرِىالطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ

رواه أحمد ومسلم والترمذى
Artinya:
Dari Abi Malik: kebersihan iitu adalah setengah dari iman. (Hadits riwayat Ahmad, Muslim dan

2.      Alhamdulillah memenuhi timbangan (Mizan)( وَاْلحَمْدُ اللهِ تَمْلَأُنِ الْمِيْزَانَ )

Mengenai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Membaca alhamdulillah dapat memenuhi timbangan.” Ibnu Allan dalam ringkasannya menjelaskan, “Atau kalimat alhamdulillah merupakan kalimat pujian yang paling mulia. Oleh kerana itu, Al-Qur'an banyak dimulai ayatnya dengan kalimat tersebut.”

Alhamdulillah adalah pujian kepada Allah dengan keindahan yang murni dan tunduk kepada-Nya serta ridha dengan ketetapan-Nya. Makna yang hakiki dari kata “mizan” adalah sesuatu yang dengannya amal perbuatan ditimbang, baik dengan menimbang jasadnya atau catatan amalnya, timbangan itu menjadi ringan bila seseorang banyak berbuat buruk dan menjadi berat bila seseorang banyak berbuat baik.

Kalimat ini mempunyai pahala besar hingga dapat memenuhi timbangan yang besar, kerana amalan-amalan yang kekal lagi shalih termasuk di dalamnya. Sebab pujian itu kadang berbentuk pengukuhan kesempurnaan, meniadakan kekurangan, pengakuan akan kelemahan diri atau menempatkannya pada derajat yang tinggi. Huruf Alif dan laam kata 'alhamdu' mencakup seluruh jenis pujian. Pujian dengan yang kita ketahui dan tidak ketahui. Siapa yang memiliki sifat tersebut berhak menjadi Ilah, maka semuanya tercantum dalam kata, “Alhamdulillah.”

3.      Mengucapkan Subhanallah dan Alhamdulillah penuhi ruangan  langit dan bumi

 (وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ تَمْلآنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ )

sedangkan sabda Rasulullah, “Subhanallah wa alhamdulillah keduanya itu dapat memenuhi -atau dia memenuhi- semua yang ada di antara langit dan bumi,” ada keraguan dari perawi, tapi maknanya tidak berbeda. Atau bahwa kalimat “Subhanallah wa alhamdulillah” dapat memenuhi semua yang ada di antara langit dan bumi, kerana kedua kalimat itu mencakup penyucian Allah Ta'ala dari dari segala kekurangan, yaitu dalam sabda rasul-Nya, “Subhanallah” dan menyifatkan Allah dengan segala kesempurnaan dalam sabdanya, “Alhamdulillah.”

Kedua kalimat ini telah memadukan antara membersihkan dan menghiasi seperti yang mereka katakan.

Tasbih (kata subhanallah) adalah menyucikan Allah dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya, baik dalam nama dan sifat-Nya mahupun dalam perbuatan dan hukum-hukum-Nya.

4..Sholat itu adalah cahaya( وَالصَّلَاةُ نُورٌ) Demikian pula shalat merupakan cahaya di hatinya   yang dapat membuka hatinya untuk mengenal Allah Ta'ala, mengenal hukum-hukum-Nya, serta perbuatan dan sifat-sifat-Nya. Dan shalat juga merupakan cahaya di dalam kubur seseorang. Kerana shalat adalah tiang agama Islam. Apabila tiangnya tegak, tegak pula bangunannya. Dan jika tiangnya tidak tegak, maka tidak akan ada bangunannya.

Shalat juga akan menjadi cahaya di padang mahsyar saat hari kiamat, sebagaimana di khabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ

“Barangsiapa memelihara shalat, maka shalat itu akan menjadi cahaya dan bukti (keimanan) baginya. Dan barangsiapa tidak memelihara shalat, maka shalat itu tidak akan menjadi cahaya, bukti (keimanan) dan penyelamat baginya pada hari kiamat, dan dia akan di kumpulkan bersama Fir'aun, Haman, Qarun, Ubay bin Khalaf.”

[HR. Ahmad no. 6540 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Miskât no. 578]

Shalat sebagai cahaya bagi manusia dalam berbagai keadaan. Ini menuntut agar manusia menjaganya, memerhatikan, dan memperbanyaknya hingga banyak pula cahaya, ilmu dan keimanannya.

5        Sodakoh adalah bukti keimanan( وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ)

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sedekah adalah bukti keimanan.” Sedekah adalah mengeluarkan harta untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, diberikan kepada keluarga, orang-orang fakir miskin dan untuk kepentingan umum seperti, membangun masjid dan yang lainnya. Ini adalah bukti.

Bukti atas keimanan seseorang hamba. Sebab, harta itu sangat dicintai oleh hati, dan hati itu pada dasarnya kikir. Jika seseorang mau membelanjakannya untuk Allah, maka perlu diketahui bahwa manusia tidak akan membelanjakan sesuatu yang dia cintai, kecuali untuk sesuatu yang lebih dicintai daripadanya.

Oleh kerana itu, kamu dapati orang yang paling beriman kepada Allah adalah mereka yang paling banyak bersedekah

 

 

6        Sabar itu pelita ( وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ)

 Adapun mengenai sabar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,Kesabaran itu adalah dhiyaa' (pelita),” yakni cahaya yang disertai panas, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.” (QS. Yûnus: 10: 5)

Sinar itu berarti cahaya yang ada panasnya sedikit. Demikian pula kesabaran mesti ada panas dan letihnya, kerana memang berat, maka dari itu ganjarannya tidak terhingga.

Perbedaan antara cahaya pada shalat dan pelita pada kesabaran adalah bahwa pelita dalam kesabaran disertai dengan panas (dhiyaa') kerana dalam menjalankannya perlu letih hati dan kadang letih fisik juga. Sedangkan cahaya dalam shalat adalah cahaya dingin dan sejuk (nuur).

7        Al Qur’an  sebagai hujjah bagimu atau pencela /bumerang( وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ)

"Al-Qur’an adalah tali Allah yang sangat kuat bagimu, juga sebagai hujjah Allah bagi makhluk-Nya. Ia bisa menjadi hujjah bagimu, yakni apabila kamu menjadikannya sebagai pengantar menuju kepada Allah. Berkenanlah memenuhi kewajibanmu terhadapnya dengan membenarkan (mempercayai) setiap berita yang diberitakan-Nya, menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, memuliakan Al-Qur’an tersebut, dan menghormatinya. Jika sikapmu terhadap Al-Qur’an bisa seperti itu, ia akan menjadi hujjah (pembela) bagimu.

Namun, jika sebaliknya, jika kamu menghina Al-Qur’an atau enggan membacanya, tidak mau memahami maknanya, tidak mau mengamalkan isinya, dan enggan menjalankan kewajibanmu atasnya, Al-Qur’an akan menjadi saksi atas perbuatanmu yang tercela pada hari Kiamat."

 

 “Rasulullah tidak menyebutkan posisi di antara keduanya! Baginda hanya mengatakan, ‘Dan Al-Qur’an sebagai hujjah bagimu atau menjadi bumerang atasmu terhadap yang tidak kamu sukai.’ Tidak ada posisi penengah antara keduanya, karena memang hanya ada dua alternatif: hujjah bagimu atau menjadi bumerang atasmu. Kita memohon kepada Allah agar berkenan menjadikannya hujjah (pembela) bagi kita, yang dapat menunjuki kita di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia Mahabaik lagi Mahamulia.”

 

8        Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap orang pergi pada waktu pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.” Yakni, setiap manusia memulai pagi harinya dengan beramal, ini kita saksikan sendiri. Allah Ta'ala menjadikan malam sebagai waktu istirahat.

Allah Ta'ala berfirman,

وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفّٰىكُمْ بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيْهِ لِيُقْضٰٓى اَجَلٌ مُّسَمًّىۚ

Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari.”

(QS. Al-An'âm: 6: 60)

Tidur di waktu malam adalah wafat sughra (kematian kecil), seluruh otot-otot tenang, badan pun istirahat untuk memperbaharui semangat guna melakukan amal mendatang dan istirahat dari amal yang lalu.

Setiap pagi, orang keluar untuk beraktivitas. Di antara mereka ada yang melakukan kebaikan, mereka itulah orang yang beriman. Dan ada juga yang melakukan kejahatan, mereka itulah orang-orang kafir.

Pertama kali yang perlu dilakukan oleh seorang muslim pada pagi hari adalah berwudhu dan bersuci, “kesucian itu sebagian iman.” Sebagaimana tertera dalam hadits ini.

Kemudian dia pergi shalat, dia mulai harinya beribadah kepada Allah Ta'ala. Bahkan, dia membuka harinya dengan tauhid, kerana disyariatkan kepada muslim apabila bangun dari tidurnya untuk mengingati Allah Ta'ala dan membaca sebelas ayat dari surah Ali 'Imran, yakni firman-Nya,

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal (QS Ali Imron 191 ),……dst

Inilah orang muslim, yang menjalani harinya dengan menjual jiwanya. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah dia menjual jiwanya untuk membebaskannya? Sebenarnya, seorang muslim menjual jiwanya untuk membebaskannya dari belenggu dosa dan ketidakberdayaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, ‘Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya. Ada yang membebaskan dirinya dengan amal saleh, dan ada pula yang membinasakan dirinya dengan dosa.’ 

Video



    
   

PPDB 2025-2026


Follow us


Kontak


Alamat :

Jl Dadali No. 12 Randugunting

Telepon :

0283 4534 123 - 0852-2527-3641

Email :

humaspsb2019@gmail.com

Website :

www.biastegal.sch.id

Media Sosial :

Banner


Visitor