
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SHALAT TARAWIH
Shalat tarawih adalah ibadah yang
sangat dinanti saat bulan Ramadan. Setiap awal Ramadan, masjid dan mushola
dipenuhi oleh jamaah yang semangat menjalankan shalat sunnah ini. Namun,
bagaimana asal-usulnya? Bagaimana shalat ini berkembang dari zaman Nabi
Muhammad ﷺ hingga kini? Mengapa ada perbedaan jumlah rakaat di berbagai negara?
Artikel ini akan mengulas sejarah dan perkembangan shalat tarawih secara
komprehensif.
Asal-Usul
Shalat Tarawih
Ustaz Ahmad Zarkasih, dalam bukunya Sejarah
Tarawih, menjelaskan bahwa di zaman Nabi Muhammad ﷺ, ibadah ini dikenal
dengan nama Qiyam Ramadan. Istilah tarawih sendiri tidak dikenal
oleh Nabi Muhammad ﷺ maupun Abu Bakar r.a. Kata tarawih berasal dari
bahasa Arab تَرْوِيحَةٌ (tarwihah),
yang berarti istirahat. Bentuk jamaknya adalah تَرَاوِيح (tarawih),
yang merujuk pada istirahat yang diberikan di sela-sela rakaat shalat malam
Ramadan.
Shalat ini pertama kali dilakukan
oleh Rasulullah ﷺ pada malam-malam Ramadan tahun 2 H (623 Masehi).
Beliau melaksanakannya beberapa malam secara berjamaah, tetapi kemudian
meninggalkannya karena khawatir akan diwajibkan kepada umatnya. Dalam sebuah
hadits dari Aisyah r.a., disebutkan:
عَنْ
عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ خَرَجَ ذَاتَ لَيْلَةٍ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ
فَصَلَّى فِي الْمَسْجِدِ، فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ، ثُمَّ صَلَّى مِنَ
الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ، ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ
أَوِ الرَّابِعَةِ، فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ، فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ:
"قَدْ رَأَيْتُ مَا صَنَعْتُمْ، فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنَ الْخُرُوجِ
إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ"
"Aku
melihat apa yang kalian lakukan, namun aku tidak keluar karena aku khawatir
shalat ini akan diwajibkan atas kalian." (HR. Bukhari, no. 2012; Muslim, no. 761).
Perkembangan
Shalat Tarawih di Masa Khulafaur Rasyidin
1.
Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)
Pada masa Abu Bakar r.a., shalat
tarawih masih dikerjakan secara sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil.
Belum ada kebijakan khusus untuk melaksanakannya dalam satu jamaah besar.
2.
Masa Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab
r.a., beliau melihat umat Islam shalat tarawih dalam kelompok-kelompok kecil,
sehingga beliau berinisiatif menyatukan mereka dalam satu jamaah dengan satu
imam tetap, yaitu Ubay bin Ka’b. Dalam riwayat disebutkan:
خَرَجْتُ
مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى
الْمَسْجِدِ، فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ، يُصَلِّي الرَّجُلُ
لِنَفْسِهِ، وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ، فَقَالَ
عُمَرُ: وَاللَّهِ إِنِّي لأَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى إِمَامٍ وَاحِدٍ
لَكَانَ أَمْثَلَ، ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ
"Aku
keluar bersama Umar bin Khattab r.a. pada suatu malam di bulan Ramadan menuju
masjid. Saat itu, orang-orang shalat terpisah-pisah. Lalu Umar berkata, 'Demi
Allah, jika aku mengumpulkan mereka dengan satu imam, tentu akan lebih baik.'
Kemudian beliau memutuskan untuk mengumpulkan mereka dengan satu imam, yaitu
Ubay bin Ka’b."
(HR. Bukhari, no. 2010).
Selain itu, Umar bin Khattab r.a.
juga berkata:
نِعْمَ
الْبِدْعَةُ هَذِهِ
"Inilah
sebaik-baik bid'ah."
(HR. Bukhari, no. 2010).
3.
Masa Utsman bin Affan (23-35 H / 644-656 M)
Pada masa Utsman bin Affan r.a.,
shalat tarawih tetap dilaksanakan sebagaimana di masa Umar, dengan jumlah
rakaat yang sama dan tetap berjamaah di masjid.
Mengapa
Disebut Tarawih?
Menurut riwayat dalam Kitab Qiyam
Ramadan karya Imam al-Marwadzi, shalat malam ini disebut tarawih karena
para sahabat pada masa Umar r.a. diberi jeda istirahat setiap selesai 2 rakaat
untuk berwudhu atau menunaikan hajat mereka. Jika shalat dilakukan 18 rakaat,
mereka mendapatkan 9 kali istirahat (tarwiih). Jika dilakukan 20
rakaat, maka ada 10 kali istirahat.
Perbedaan
Jumlah Rakaat Tarawih
Dalil
Shalat Tarawih 11 Rakaat
Pendapat yang menyatakan bahwa
shalat tarawih adalah 11 rakaat (8 rakaat tarawih + 3 rakaat witir)
berdasarkan hadits dari Aisyah r.a.:
عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا: كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالَتْ: مَا
كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً،
يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي
أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا
"Dari
Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa ia bertanya kepada Aisyah r.a.: 'Bagaimana
shalat Rasulullah ﷺ di bulan Ramadan?' Aisyah menjawab: 'Beliau tidak pernah
menambah lebih dari sebelas rakaat, baik di bulan Ramadan maupun di luar
Ramadan. Beliau shalat empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan
panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat lagi, jangan engkau tanya
tentang bagus dan panjangnya. Lalu beliau shalat tiga rakaat (witir)." (HR. Bukhari, no. 1147; Muslim,
no. 738).
Berdasarkan hadits ini, sebagian
ulama, termasuk yang diikuti oleh Muhammadiyah, berpendapat bahwa shalat
tarawih cukup 8 rakaat ditambah 3 rakaat witir karena mengikuti
kebiasaan Rasulullah ﷺ dalam shalat malam.
Dalil
Shalat Tarawih 23 Rakaat
Sementara itu, pendapat yang
menyatakan bahwa shalat tarawih berjumlah 20 rakaat ditambah 3 rakaat
witir berdasarkan amalan para sahabat pada zaman Khalifah Umar bin Khattab
r.a.:
عَنْ
السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ، قَالَ: كَانُوا يَقُومُونَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً
"Dari
As-Sa'ib bin Yazid, ia berkata: 'Di zaman Umar bin Khattab, mereka melaksanakan
shalat malam di bulan Ramadan sebanyak 20 rakaat.'" (HR. Baihaqi, no. 121).
Hadits ini menunjukkan bahwa tarawih
20 rakaat sudah menjadi kebiasaan di zaman Umar bin Khattab r.a. dan terus
dipraktikkan oleh mayoritas umat Islam, termasuk di banyak negara seperti
Mesir, Turki, dan Indonesia (NU).
Dengan demikian, baik 11 rakaat
maupun 23 rakaat memiliki dasar dalam hadits dan amalan para sahabat,
sehingga keduanya boleh diamalkan sesuai dengan keyakinan dan tradisi masing-masing.
- 11 Rakaat: Berdasarkan hadits Aisyah
r.a. yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah shalat malam lebih
dari 11 rakaat (HR. Bukhari, no. 1147; Muslim, no. 738).
- 23 Rakaat: Berdasarkan riwayat As-Sa'ib
bin Yazid bahwa umat Islam pada masa Umar bin Khattab r.a. melaksanakan
tarawih 20 rakaat, ditambah witir 3 rakaat (HR. Baihaqi,
no. 121).
Kesimpulan
- Shalat tarawih awalnya disebut
Qiyam Ramadan dan dilakukan Nabi ﷺ secara berjamaah beberapa malam sebelum
akhirnya beliau hentikan agar tidak menjadi wajib.
- Khalifah Umar bin Khattab r.a.
menyatukan umat Islam dalam shalat tarawih berjamaah dengan imam tetap.
- Istilah "tarawih"
muncul karena adanya jeda istirahat setiap dua rakaat.
- Perbedaan jumlah rakaat (11 dan
23) didasarkan pada hadits dan praktik para sahabat.
- Shalat tarawih tetap menjadi
amalan sunnah yang dianjurkan dalam Islam, dengan fleksibilitas dalam
jumlah rakaatnya.
Semoga pemahaman sejarah shalat
tarawih ini menambah wawasan kita dalam beribadah. Wallahu a’lam.
Video
Guru dan Karyawan
Data Guru tidak ada