
Nafkah yang Terlupakan
(Terinspirasi
dari Riyadhus Shalihin Bab 36)
Suatu sore, Andi (43), pulang kerja
lebih larut dari biasanya. Laptop masih terbuka, notifikasi grup kantor terus
berdenting. Di meja makan, anaknya sudah tertidur, sementara istrinya hanya
meninggalkan pesan singkat: “Besok jangan lupa rapat sekolah anak.”
Andi sadar, dia sering begitu. Uang
belanja lancar, cicilan rumah terbayar, bahkan setiap bulan ia rutin berdonasi
ke lembaga sosial. Tapi di rumah, ia sering absen. Nafkah yang ia pikir cukup
dengan angka rupiah, ternyata menyisakan ruang kosong: perhatian, kehangatan,
dan waktu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
Dari Abu Hurairah r.a, beliau berkata:
دِينَارٌ
أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Satu dinar yang engkau nafkahkan di jalan Allah,
وَدِينَارٌ
أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ
Satu dinar yang engkau nafkahkan untuk memerdekakan budak,
وَدِينَارٌ
تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ
Satu dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin,
وَدِينَارٌ
أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
Dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu,
أَعْظَمُهَا
أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
Yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.
(HR. Muslim)
Al-Qur’an pun menegaskan pentingnya
keseimbangan dalam memberi nafkah:
﴿لِيُنفِقْ ذُو
سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّا آتَاهُ
ٱللَّهُ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَآ ءَاتَىٰهَا﴾
“Hendaklah orang yang berpunya memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang
yang terbatas rezekinya hendaklah memberi nafkah dari apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai apa yang diberikan
Allah kepadanya.”
(QS. At-Talaq: 7)
Nafkah
yang bukan sekadar uang
Banyak laki-laki merasa cukup ketika
gajinya masuk rekening keluarga. Padahal, nafkah bukan hanya angka. Ada anak
yang lebih butuh ditemani mengerjakan PR ketimbang dibelikan gawai baru. Ada
istri yang lebih butuh telinga yang mau mendengar daripada tambahan uang
belanja.
Nafkah adalah paket lengkap: uang,
perhatian, doa, dan kasih sayang. Yang sering kita lupakan adalah dua hal
terakhir.
Tidak
mengurangi semangat berderma
Tentu saja, ajaran ini tidak berarti
menomorduakan sedekah kepada orang miskin atau perjuangan di jalan Allah. Nabi
ﷺ dan para sahabat adalah teladan kemurahan hati — mereka berderma besar untuk
umat. Hanya saja, Islam ingin mengingatkan: jangan sampai semangat memberi
keluar rumah membuat kita lalai menunaikan hak keluarga sendiri.
Menghidupkan
kembali makna nafkah
Memberi nafkah keluarga bukan
sekadar kewajiban hukum, tapi juga jalan spiritual. Saat seorang ayah menaruh
sepiring nasi di depan anaknya dengan niat karena Allah, pahalanya bisa lebih
besar dari infak ribuan rupiah di jalan.
Seperti pesan Rasulullah ﷺ, nafkah
keluarga bisa jadi amal dengan ganjaran paling utama. Bagi banyak ayah modern,
tantangannya bukan sekadar bekerja keras mencari rezeki, tapi juga pulang
dengan hati yang hadir — bukan hanya badan yang letih
Video
Guru dan Karyawan
Data Guru tidak ada