Surga yang Terkunci di Rumah Sendiri

Di kota besar, kesepian orang tua jadi pemandangan lumrah. Mereka ditinggalkan anak-anak yang sibuk dengan gawai, rapat daring, dan urusan bisnis. Di kampung, adik dan kakak saling tak bertegur sapa gara-gara warisan sawah yang belum terbagi. Fenomena ini seakan menegaskan, retak keluarga bukan lagi kabar mengejutkan, melainkan kenyataan sehari-hari.

Islam menyebutnya dengan dua istilah berat: ‘uqūq al-wālidayn (durhaka kepada orang tua) dan qat‘ ar-raḥim (memutus silaturahmi). Keduanya bukan dosa ringan. Nabi Muhammad menegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Bakrah:

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟»
قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ.
قَالَ: «الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ»
وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: «أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ».
فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ.
(
متفق عليه)

“Maukah aku beritahu kalian dosa-dosa besar yang paling besar?”
Para sahabat menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua.”
Lalu beliau duduk tegak seraya bersabda: “Ingatlah! Perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ulangnya hingga kami berharap beliau berhenti.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi menegaskan, durhaka pada orang tua ditempatkan sejajar dengan syirik. Itu dosa besar yang tidak bisa disepelekan.


Antara Tauhid dan Bakti

Al-Qur’an menempatkan bakti pada orang tua sejajar dengan tauhid:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًۭا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّۢ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًۭا كَرِيمًۭا ﴿٢٣﴾

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada mereka perkataan ‘ah’, dan janganlah engkau membentak mereka. Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al-Isra’: 23)

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menulis, ayat ini menandaskan ibadah tidak pernah sempurna bila di rumah masih ada orang tua yang disisihkan. “Kalau engkau sujud lama di masjid tapi membiarkan ibumu menangis di dapur, ibadahmu runtuh nilainya.”

Tentang silaturahmi, firman Allah lebih tegas:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوٓا۟ أَرْحَامَكُمْ ﴿٢٢﴾ أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰٓ أَبْصَـٰرَهُمْ ﴿٢٣﴾

“Maka apakah kiranya jika kamu berpaling, lalu kamu membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah, lalu ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka.”
(QS. Muhammad: 22–23)

Hamka menafsirkan, orang yang tega memutus keluarga sama dengan merusak bumi dari dalam. Hubungan kemanusiaan hancur, doa pun sulit menembus langit karena tali rahmat Allah sudah terputus.


Wajah Durhaka di Era Modern

Durhaka kini punya wajah baru:

  • Sibuk dengan ponsel saat orang tua berbicara.
  • Malu mengakui ayah-ibu karena penampilan sederhana.
  • Menunda memberi nafkah meski mampu.
  • Membiarkan orang tua sakit tanpa perhatian.
  • Saling blokir antar saudara di media sosial karena warisan.

Semua itu bukan sekadar etika buruk, melainkan dosa besar yang Nabi sebutkan sejajar dengan syirik.


Jalan Pulang

Islam menawarkan jalan sederhana tapi penuh makna:

  • Simpan gawai ketika orang tua berbicara.
  • Sisihkan rezeki meski kecil untuk membahagiakan mereka.
  • Doakan mereka setiap selesai shalat.
  • Buka pintu silaturahmi walau hanya dengan sapaan singkat.
  • Belajarlah mengalah demi merawat persaudaraan.

Buya Hamka menekankan, memaafkan saudara dan merajut kembali persaudaraan adalah “ibadah sosial” yang nilainya tak kalah tinggi dengan ibadah ritual.


Penutup

Fenomena orang tua yang kesepian dan keluarga yang tercerai-berai adalah tanda kita sedang menutup surga dengan tangan sendiri. Rasulullah sudah berulang kali memperingatkan. Hamka sudah menafsirkan dengan bahasa tajam. Pertanyaannya, apakah kita masih tega membiarkan retak itu semakin menganga?

Video



    
   

Guru dan Karyawan


Data Guru tidak ada

PPDB 2025-2026


Follow us


Kontak


Alamat :

Jl Dadali No. 12 Randugunting

Telepon :

0283 4534 123 - 0852-2527-3641

Email :

humaspsb2019@gmail.com

Website :

www.biastegal.sch.id

Media Sosial :

Berita Terbaru


Image

Menjadi Kaya dengan Berbagi

Image

Kebiasaan Kecil yang Menghidupkan

Image

Bakti yang Tak Pernah Usai

Image

Surga yang Terkunci di Rumah Sendiri

Image

Telepon yang Tak Pernah Dijawab

Banner


Visitor