
Menjadi Kaya dengan Berbagi
Di tengah dunia yang makin
materialistik, ada paradoks yang melawan logika: harta yang disedekahkan tidak
pernah berkurang. Sebuah janji yang diulang Rasulullah ﷺ dalam Riyadhus
Shalihin, Bab 60—tentang dorongan berderma, berbuat baik, dan percaya penuh
pada balasan Allah.
Hadits itu sederhana tapi
mengguncang logika manusia.
🌿 Hadits Utama
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا
عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidak akan mengurangi
harta. Allah tidak menambah bagi seorang hamba yang suka memaafkan kecuali
kemuliaan. Dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah
akan meninggikan derajatnya.”
(HR. Muslim)
Logika bisnis
konvensional: ketika keluar uang, maka hartanya
berkurang. Logika ilahi: keluar uang, pintu
rezeki justru terbuka.
Luka
Sosial Zaman Now
Kita hidup di negeri dengan dua
wajah. Di satu sisi, mal dan kafe penuh orang bergaya hidup mewah. Di sisi
lain, banyak keluarga tercekik biaya sekolah dan rumah sakit. Ironi itu makin
nyata saat platform donasi online menjamur: ada yang ikhlas, ada pula yang
sekadar mengejar konten pencitraan.
Pertanyaan telak: ke mana perginya
semangat berderma sebagai denyut nadi umat?
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar
menegaskan: Berderma bukan sekadar mengurangi harta, melainkan mengikis sifat
egois. Orang yang dermawan sedang melatih jiwanya agar merdeka dari cinta
dunia.
📖 Ayat Al-Qur’an
Al-Baqarah:
261
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
Saba’: 39
قُلْ
إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku
melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan baginya. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Allah akan
menggantinya; dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”
Bukti
Sosial: Orang yang Tak Pernah Miskin karena Berderma
Di banyak kampung Indonesia, kita
sering mengenal sosok dermawan: ada pedagang kecil yang tak pernah menolak permintaan
tetangga meski dagangannya sederhana. Alih-alih jatuh miskin, justru tokonya
makin ramai, anak-anaknya bisa sekolah tinggi.
Atau contoh populer: para pengusaha
Muslim yang rutin menyantuni anak yatim atau membangun masjid. Harta mereka
tidak habis, malah datang rezeki dari arah yang tak disangka.
Riset psikologi modern pun
membuktikan: berbagi meningkatkan hormon dopamin dan oksitosin—hormon
bahagia. Maka, banyak orang bersaksi: “setelah sedekah, hati terasa plong,
hidup terasa lapang.”
Ilustrasi
sederhana:
– Seorang pegawai biasa, tiap Jumat sisihkan Rp20 ribu untuk nasi bungkus anak
jalanan. Hasilnya? Ia lebih disiplin mengatur uang, dan rezekinya tak pernah
benar-benar seret.
– Komunitas kecil di sebuah masjid patungan Rp50 ribu per bulan untuk beasiswa
anak yatim. Proyek sosial ini justru menguatkan ukhuwah dan bikin jamaah merasa
lebih aman secara finansial.
Solusi:
Menghidupkan Kembali Semangat Berderma
- Membangun Mindset investasi
akhirat –
Sedekah bukanlah beban, tapi modal
yang menguntungkan
- Gerakan kolektif – Infak bersama untuk proyek
sosial jangka panjang.
- Menjaga ikhlas – Biarlah Allah menjadi saksi,
bukan kamera ponsel.
- Meluaskan makna sedekah – Sedekah tidak hanya berwujud
uang; ilmu, tenaga, waktu, bahkan
konten positif pun bisa jadi amal jariyah.
📝 Penutup
Berderma adalah perlawanan sunyi terhadap dunia yang makin egois. Orang yang Kaya
bukan berarti punya segalanya, melainkan orang yang merasa
cukup lalu kemudian senang berbagi.
Judul “Menjadi Kaya dengan Berbagi
” bukan sekadar retorika. Ia nyata—terbukti dalam janji Allah, riset
ilmiah, dan kehidupan nyata di kampung-kampung kita.
Karena di hadapan Allah, yang kekal
bukan saldo rekening kita—melainkan jejak kebaikan yang kita tinggalkan.
Video
Guru dan Karyawan
Data Guru tidak ada