
Ketika Memulai di Ujung Senja
Ada masa di
mana hidup terasa melambat.
Pagi datang tanpa tergesa, burung-burung berkicau di beranda, dan waktu seakan
memberi ruang untuk menoleh ke dalam diri.
Di usia senja, banyak orang mulai
bertanya:
apa yang masih bisa saya persembahkan untuk Allah?
Di sebuah dusun di kaki Gunung Slamet, tinggal seorang lelaki sepuh
yang oleh warga disapa Pak Hasan — bukan nama sebenarnya.
Usianya telah lewat 65 tahun, namun semangatnya baru saja bersemi.
Dulu ia tak
pernah membayangkan akan menjadi penghafal Al-Qur’an.
Namun suatu Subuh, setelah mendengar pengajian tentang keutamaan huffaz,
hatinya bergetar.
“Mengapa aku tidak mulai hari ini?” gumamnya lirih.
Sejak hari itu, hidupnya berubah
pelan-pelan.
Ia membeli mushaf huruf besar karena penglihatannya mulai kabur.
Setiap pagi selepas Subuh, ia duduk di beranda dengan radio tua yang memutar
murattal.
Kadang baru hafal lima ayat, besoknya lupa tiga.
Namun ia tidak menyerah.
“Biar lambat asal sampai,” katanya pada imam masjid yang sering menemaninya
murojaah.
Tiga tahun kemudian, ia menuntaskan
Juz ‘Amma.
Lima tahun berikutnya, hafal sepuluh juz.
Dan di usia tujuh puluh dua, ia menamatkan 30 juz — bukan di pondok,
bukan di halaqah besar, tapi di rumah kecilnya, ditemani cinta, sabar, dan teh
hangat setiap pagi.
Ia tidak hafal dengan suara merdu
seperti qari televisi, tapi ayat-ayat itu hidup di hatinya.
Ia hafal bukan karena ingin dikenal, tapi karena rindu kepada Allah.
Setiap kali membaca, air matanya menetes.
Ia sering berdoa:
اللهم اجعلني من أحبائك
“Ya Allah, jadikan aku termasuk
orang yang Engkau cintai.”
Ketika kabarnya menyebar di grup
majelis taklim, banyak yang terinspirasi.
Ia hanya tersenyum dan berkata:
“Kalau dulu saya bisa hafal harga
pupuk dan hasil panen tiap musim, masa mengingat kalam Allah saya tidak
sanggup?”
Rasulullah ﷺ bersabda:
اقْرَؤُوا
الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena
sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi para
pembacanya.”
(HR. Muslim)
Dan Allah ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ
فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
“Sungguh, telah Kami mudahkan
Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”
(QS. Al-Qamar: 17)
✦ Tafsir Buya Hamka – Al-Azhar tentang Al-Qamar:17
Buya Hamka menulis:
“Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an
telah dimudahkan untuk diingat dan dipahami.
Kemudahan itu bukan hanya bagi yang pandai, tetapi bagi siapa pun yang mau
membuka hati.
Sebab yang paling penting bukan banyaknya hafalan, melainkan bagaimana
ayat-ayat itu menghidupkan jiwa dan menuntun langkah.”
Kisah Pak Hasan menjadi cermin bagi
kita:
usia bukan penghalang, dan hafalan bukan perlombaan.
Setiap ayat yang ia hafalkan adalah dzikir yang menenangkan, setiap
kesulitannya adalah saksi cinta.
Dan di ujung senjanya, Al-Qur’an menjadi sahabat yang menuntunnya menuju
cahaya.
Maka jika hari ini engkau merasa
terlambat — ingatlah:
yang terlambat hanyalah yang tak pernah mulai.
Sebab waktu tak akan kembali,
tapi Al-Qur’an selalu siap menghidupkan sisa usia menjadi ibadah yang bermakna.
🌿 Apa yang Perlu Disiapkan bagi
Lansia yang Ingin Menghafal
1. Niat Ikhlas dan Doa Penuh Cinta
Hafalan bukan perlombaan, tapi perjalanan pulang kepada Allah.
2. Waktu Khusus yang Tenang
Cukup 20–30 menit setelah Subuh atau sebelum tidur — yang penting, rutin.
3. Mushaf Huruf Besar dan Audio
Murattal
Gunakan alat bantu yang nyaman untuk mata dan telinga.
4. Pendamping Hafalan
Bisa anak, cucu, teman majelis, atau ustaz pendamping yang sabar menyimak.
5. Kesehatan Fisik dan Mental
Jaga tidur, makan bergizi, olahraga ringan, dan hindari pikiran negatif.
6. Murajaah Teratur
Ulang setiap hari. Kalau lupa, jangan sedih — karena mengulang berarti menulis
lagi di hati.
Menghafal Al-Qur’an di usia lanjut
bukan keajaiban,
tapi bukti cinta yang tulus.
Allah tidak bertanya, “Kapan kamu mulai?”
tetapi, “Seberapa besar hatimu mencintai kalam-Ku?”
Maka mulailah hari ini, meski satu
ayat.
Sebab bisa jadi, satu ayat itu yang akan menyambutmu dengan cahaya
ketika dunia telah senyap.
Video
Guru dan Karyawan
Data Guru tidak ada