Mengenali dan Mengelola Emosi: Pentingnya Pendidikan Emosi bagi Anak

Hari ini kita akan membahas tentang emosi, baik emosi diri maupun emosi anak. Pertanyaannya adalah, apakah para ibu sudah mengenali diri sendiri? Sudahkah mengenali emosi diri? Mari kita coba spontan, "Mama, sebutkan tiga kekuatan atau kelebihan yang mama miliki?" Apakah bisa langsung menjawab? Atau perlu berpikir dulu? Namun, jika ditanya, "Mama, sebutkan tiga kelemahan yang mama miliki," pasti bisa menjawab dengan cepat, bukan? Contohnya, "Gampang emosi, gampang baper." Kenapa ketika ditanya kekuatan, kita butuh waktu untuk berpikir, tapi ketika ditanya kelemahan, bisa langsung menjawab?

Hal ini terjadi karena kita terbentuk seperti ini. Banyak orang tua yang cenderung lebih memperhatikan kesalahan anak daripada kebaikannya. Sebagai orang tua, sangat penting untuk memvalidasi emosi dan mengajarkan anak untuk mengenali emosinya, seperti marah, jengkel, dan sedih. Dengan cara ini, kita diharapkan bisa mengubah kebiasaan emosi yang kurang baik menjadi lebih baik dalam pola asuh kepada anak.

Kehadiran anak-anak dalam kehidupan Rasulullah s.a.w. begitu istimewa. Beliau mencintai anak-anaknya dengan segenap jiwa, bahkan anak-anak para sahabat pun disayangi beliau. Suatu hari, ada seorang ibu yang sedang menggendong anaknya. Rasulullah s.a.w. kemudian menggendong anak tersebut. Anak kecil itu kencing dan mengenai pakaian Rasulullah s.a.w. Si ibu panik dan dengan tergesa-gesa menepis anaknya dengan kasar, merebutnya dari gendongan Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. mencegahnya dan berkata, "Kotoran di baju ini bisa dicuci, tapi luka di hati anakmu tidak bisa dihilangkan."

Rasulullah s.a.w. selalu memberikan teladan yang baik terhadap anak-anaknya. Ketika ingin mendidik anaknya sendiri, beliau pun memberi contoh. Beliau terbiasa melayani keluarganya walaupun memiliki peranan penting. Bahkan, Rasulullah s.a.w. membersihkan rumah dan mencuci pakaian tanpa merasa sulit.

Suatu ketika, putri kesayangannya, Fatimah, merasa kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah dan meminta bantuan. Apakah Rasulullah s.a.w. langsung membantunya? Tidak. Beliau meminta Fatimah untuk memperbanyak dzikir, karena beliau ingin putrinya menjadi seorang yang senang bekerja.

Begitulah ketika Rasulullah s.a.w. ingin mendidik anaknya beribadah. Beliau memberi contoh terlebih dahulu. Anak-anaknya terbiasa melihat Rasulullah s.a.w. beribadah sehingga mereka mengikutinya.

Rasulullah s.a.w. adalah orang yang paling dermawan. Beliau senang membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Hal ini pun dicontoh langsung oleh anak-anaknya. Mereka dengan tangan terbuka dalam bersedekah. Fatimah pun rela menahan lapar berhari-hari demi bersedekah kepada fakir miskin.

Walaupun sangat sayang kepada anak-anaknya, Rasulullah s.a.w. tidak pernah memanjakan mereka. Beliau akan bersikap tegas jika anaknya berbuat salah. Rasulullah s.a.w. berkata, "Demi Allah, seandainya Fatimah anak Muhammad mencuri, akan aku potong tangannya." (Hadis riwayat Bukhari). Fatimah adalah putri kesayangan Rasulullah s.a.w., tapi jika berbuat salah, akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Begitulah sikap bijaksana Rasulullah s.a.w. terhadap anak-anaknya.

Dengan mengenali emosi diri, kita dapat mengajarkan anak untuk mengelola emosinya dengan lebih baik. Ketika anak-anak melihat kita sebagai contoh yang baik dalam mengelola emosi, mereka akan lebih mudah belajar untuk mengekspresikan dan mengontrol emosi mereka sendiri. Inilah inti dari pendidikan emosi yang harus kita tanamkan sejak dini.

( Disunting dari IWSU 23 November RA BIAS ASSALAM)

Video



    
   

Guru dan Karyawan


Data Guru tidak ada

PPDB 2025-2026


Follow us


Kontak


Alamat :

Jl Dadali No. 12 Randugunting

Telepon :

0283 4534 123 - 0852-2527-3641

Email :

humaspsb2019@gmail.com

Website :

www.biastegal.sch.id

Media Sosial :

Berita Terbaru


Banner


Visitor