Cahaya di Gelapnya Kabut
Seorang pegawai duduk termenung di
depan meja kerjanya.
Di tangannya ada berkas yang tampak sepele — hanya butuh tanda tangan.
Tapi hatinya bergetar kecil.
“Apakah ini benar-benar halal?” bisiknya dalam hati.
Ia tahu, keputusan itu bisa
memperlancar urusan seseorang, tapi juga bisa menabrak aturan yang samar.
Dan tiba-tiba, ia teringat pesan dari Riyadhus Shalihin Bab 68: tentang
menghindari perkara syubhat — hal-hal yang tidak jelas halal atau
haramnya.
Dalam hidup, sering kali kita tidak
diuji pada pilihan yang terang: halal atau haram.
Ujian sesungguhnya datang dari wilayah abu-abu,
yang tampak baik, namun menyisakan rasa tidak tenang di hati.
Syubhat itulah wilayah yang membuat
iman perlahan kabur — bukan karena dosa besar,
tapi karena kita terbiasa menutup telinga terhadap suara hati kecil yang
sebetulnya sudah memperingatkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ، فَقَدِ
اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ»
“Barang siapa menjaga diri dari perkara syubhat, sungguh ia telah membersihkan
agama dan kehormatannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah pun telah memperingatkan dalam
Al-Qur’an:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Wahai manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi yang halal lagi baik, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia adalah musuh
yang nyata bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 168–169)
🌿 Tafsir Al-Azhar karya Buya
Hamka menjelaskan, ayat ini bukan sekadar soal makanan dan minuman.
Yang dimaksud “makanlah yang halal lagi baik” ialah seluruh bentuk penghidupan
— rezeki, jabatan, dan keputusan yang kita ambil sehari-hari.
Buya menulis:
“Langkah setan itu tidak selalu
berlari kencang. Ia melangkah perlahan, satu tapak demi satu tapak, sehingga
orang beriman bisa terseret tanpa sadar.”
Kadang bermula dari urusan kecil:
tanda tangan, titipan, gratifikasi, atau “sekadar membantu teman.”
Namun syubhat tak hanya menghampiri mereka yang bekerja di balik meja kantor.
Bagi pedagang, ia hadir dalam bentuk timbangan yang sengaja dibulatkan atau
janji manis yang dilebihkan agar dagangan cepat laku.
Bagi pengusaha kecil, datang saat memilih “jalan pintas” tanpa izin usaha, atau
menunda gaji karyawan dengan alasan kas belum lancar.
Bagi petani, bisa berupa penggunaan pupuk bantuan yang tidak semestinya.
Bagi guru ngaji atau dai, godaannya adalah menerima amplop tanpa jelas
sumbernya.
Bagi pekerja lepas di dunia digital, muncul saat menyalin karya orang lain
tanpa izin, atau membeli ulasan palsu demi kontrak baru.
Semua itu tampak ringan — padahal di
situlah ujian ketulusan bekerja:
apakah kita mencari rezeki yang halal lagi baik, atau sekadar yang cepat
datang meski tak jelas asalnya.
Buya Hamka berkata, orang beriman
mesti seperti penjaga taman yang berhati-hati.
Ia tahu di seberang pagar ada kebun larangan, dan meski bunga-bunganya tampak
indah, ia tidak akan mendekat.
Sebab sedikit saja melangkah, bisa terjerumus.
Kebingungan seperti pegawai tadi
bukan tanda lemah — justru tanda bahwa nurani masih hidup.
Yang berbahaya adalah ketika hati tak lagi ragu,
ketika semua yang menguntungkan dianggap benar,
dan semua yang meragukan dianggap sepele.
Di zaman ini, banyak keputusan
administratif, bisnis, bahkan dakwah, berpotensi tergelincir di wilayah syubhat
—
antara “bisa disiasati” dan “seharusnya dihindari.”
Barangkali di situlah iman diuji:
apakah kita masih menimbang dengan hati yang jernih,
atau sudah terlatih menutup rasa bersalah dengan alasan efisiensi?
Apakah kita masih mau berhenti
sejenak ketika hati berkata,
“Ada yang tidak beres di sini”?
Atau kita sudah terlalu terbiasa menenangkan diri dengan kalimat,
“Ah, semua juga begitu…”
Mungkin inilah saatnya kita kembali
belajar mendengarkan suara hati —
karena di sanalah Allah menitipkan kompas kejujuran.
اللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang benar sebagai kebenaran,
dan berilah kami kemampuan untuk mengikutinya.
Tunjukkanlah kepada kami yang batil sebagai kebatilan,
dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
Video
Guru dan Karyawan
Data Guru tidak ada






